Orientasi Negara-Negara Oseania Dari Aliansi AS ke China

Orientasi Negara-Negara Oseania Dari Aliansi AS ke China

Orientasi Negara-Negara Oseania Dari Aliansi AS ke China – Negara-negara Oseania satu persatu telah memutuskan hubungan sekutu dengan AS dan mulai membangun hubungan diplomatik dengan China, langkah ini muncul setelah kekhawatiran negara-negara ini akan konsekuensi kebijakan sistem kapitalis di bidang ini.

Negara-negara di Oseania memutuskan hubungan dengan Taiwan untuk mendukung China. slot online

China percaya Taiwan ialah salah satu provinsinya dan harus dikembalikan secara damai atau paksa kepadanya.

Pada hari Jumat, 20 September, salah satu negara di wilayah Oseania, Republik Kiribati, memutuskan hubungan dengan Taiwan, sekutu AS di wilayah itu, dan mengumumkan akan memperdalam hubungan diplomatik dengan China. www.mrchensjackson.com

Menurut laporan The Guardian, Meskipun pemerintah Kiribati belum secara resmi mengumumkan pemutusan hubungan kerja dengan Taiwan, Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mengumumkan bahwa dalam langkah timbal balik, dia akan memutuskan hubungan Taiwan dengan Kiribati dan juga segera menutup kedutaannya di sana.

Empat hari yang lalu, Kepulauan Solomon, negara lain yang berbasis di Oseania, selain mengumumkan pemutusan hubungannya dengan Taiwan juga menyerukan keinginannya menjalin hubungan dengan China. Para pejabat AS sebelumnya memperingatkan Kepulauan Solomon untuk tidak tertipu oleh janji China untuk berinvestasi di negara itu dan tidak memutuskan hubungan dengan Taiwan.

Orientasi Negara-Negara Oseania Dari Aliansi AS ke China

Amerika Serikat mengklaim bahwa China menjerumuskan negara-negara miskin di Oseania ke dalam “jebakan utang” dengan nama pinjaman untuk proyek-proyek infrastruktur besar, dan menyebut kebijakan Beijing terhadap negara-negara ini dengan “ekonomi bajak laut”. Ini adalah klaim yang berkali-kali telah dibantah oleh China.

Beijing mengumumkan pada hari Selasa 17/9 bahwa Kepulauan Solomon akan mendapatkan peluang pengembangan yang belum pernah terjadi sebelumnya setelah memutuskan hubungannya dengan Taiwan.

Taiwan telah kehilangan hubungan diplomatik dengan El Salvador, Burkina Faso, Republik Dominika, Sao Tome dan Príncipe dan Panama sejak 2016, dan sekarang dengan rotasi diplomatik Kepulauan Solomon dan Kiribati, hanya akan berurusan dengan 15 negara. Dari jumlah tersebut, hanya 3 negara yang mempunyai hubungan resmi dengan Taiwan.

Pengepungan negara-negara di Oseania oleh konsekuensi iklim dari perspektif kapitalis

Australia, sebagai sekutu AS lainnya di Oseania, juga mendapatkan kecaman keras dari negara-negara di wilayah tersebut.

Bulan lalu, Perdana Menteri Fiji Frank Bainimarama menuduh Perdana Menteri Australia Scott Morrison menghina para kepala negara-negara Oseania dan mengatakan: “Para pejabat China memiliki sikap yang lebih baik”. Dia mengajukan keberatan kepada Morrison setelah para pejabat Australia berpaling dari komitmen regional mereka pada pertemuan regional.

Pada pertemuan tersebut, negara-negara Oseania menyuarakan kekhawatiran tentang dampak industri batubara Australia terhadap perubahan iklim dan kenaikan permukaan laut, tetapi tidak ada tanggapan apapun dari otoritas Australia. Negara-negara ini percaya bahwa dengan pemanasan global yang saat ini terus berlangsung serta mencairnya es di Kutub, dalam waktu kurang dari setengah abad ke depan, banyak pulau di Pasifik barat akan tenggelam.

Dengan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer karena penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan seperti batu bara, ada kekhawatiran internasional tentang perubahan iklim. Menurut surat kabar The Australian, hari ini (jumat), 300 ribu warga Australia datang ke jalan-jalan hari ini untuk memprotes sikap acuh para investor besar atas munculnya polusi industri di negara itu. Protes terhadap perubahan iklim dan pemanasan global akan berlangsung pada hari Jumat di 150 negara kecil dan besar lainnya terhadap tindakan yang tidak memadai yang diambil oleh para pemerintah untuk mencegah perubahan iklim.

Bainimarama dalam menanggapi tuduhan AS terhadap China juga mengatakan: “Orang China tidak menghina kita, mereka tidak akan memberi tahu dunia bahwa mereka telah memberikan begitu banyak uang kepada negara-negara Oseania. Mereka tidak melakukan hal ini. Mereka ialah orang baik dan jelas lebih baik daripada Morrison.”

Dampak tuduhan AS terhadap China di Oseania

Pada bulan Agustus tahun ini, sejumlah pejabat senior AS di Sydney, Australia, menekankan perlunya Australia untuk berusaha meningkatkan pengaruh di antara negara-negara Oseania untuk melawan kekuatan China yang sedang tumbuh. Selama perjalanan, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dengan berpidato menentang China, mencoba mengaburkan hubungan antara Canberra dan Beijing.

Dalam pidatonya di Sydney, Pompeo mengklaim bahwa China memberi negara-negara miskin uang untuk sumber daya mereka dan menjadikan mereka berhutang padanya, yang pada akhirnya bukan pertukaran dagang tetapi kontrol politik. Kepada orang-orang Australia dia berkata: “Kalian bisa menjual jiwa kalian dengan sekantong kedelai atau kalian bisa melindungi rakyat kalian, misi kami adalah melakukan keduanya. Kami pikir kedua output ini dapat dicapai.”

Menteri Pertahanan AS Mark Esper juga menuduh China di Australia, dia berkata: “Kami juga sangat menentang pola perilaku mengganggu, agresif dan tidak stabil China.”

Menanggapi klaim dan tuduhan AS, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan: “Para pemimpin negara di Oseania, tidak seperti Australia, mereka tidak takut dengan meningkatnya pengaruh China di wilayah tersebut.”

“Ini bukan pertama kalinya para pemimpin negara-negara di Oseania menyatakan ketidaksukaannya dengan perilaku Australia, China membantu negara-negara ini tanpa memberikan syarat-syarat politik,” kata Geng mengarah pada pernyataan Bainimarama.

Juru bicara diplomasi China itu menambahkan: “Dengan pertimbangan kejujuran, hasil nyata, kedekatan dan kemurnian niat di satu sisi, dan bentuk konsolidasi di sisi lain, mudah untuk melihat kontradiksi, masyarakat di Oseania yang berada dalam posisi terbaik untuk menilai sepenuhnya dan menyadari perbedaan-perbedaan ini. ”

Penurunan pengaruh militer AS di Oseania

Kasus lain yang menjadi objek perselisihan antara negara-negara di wilayah Oseania adalah tekanan AS untuk bergabungnya negara-negara ini dengan aliansi militer angkatan laut melawan Iran di Selat Hormuz. Sementara itu, Australia adalah salah satu dari negara-negara di dunia yang mau bergabung dengan aliansi, negara-negara Oseania lainnya menolak untuk menerimanya.

Orientasi Negara-Negara Oseania Dari Aliansi AS ke China 1

Menteri Pertahanan Selandia Baru, Ron Mark, menanggapi permintaan Inggris untuk bergabung dengan koalisi AS, mengatakan: “Saya mengatakan sekarang bahwa kedua kapal kami berada di Kanada dan sedang dalam perbaikan. Kami benar-benar tidak memiliki kemampuan (untuk membantu koalisi AS di Selat Hormuz).”

Dia juga menambahkan: “Jika kita mempunyai kapasitas untuk itu, kabinet harus membuat keputusan untuk membantu koalisi Selat Hormuz, tetapi belum ada permintaan resmi dari Selandia Baru dalam hal ini dan apa pun di luar itu adalah asumsi.”

Walaupun ada upaya dari Amerika untuk mempertahankan kekuasaan di Pasifik barat, dominasinya di Oseania sedang menurun. Bulan lalu, Pusat Studi Amerika di Universitas Sydney, Australia, melaporkan bahwa proporsi kekuatan regional di Pasifik telah berubah berpihak pada China. Laporan tersebut menganggap faktor-faktor seperti memodernisasi militer Tiongkok, berkurangnya investasi AS di bidang militer dan biaya perang besar di Timur Tengah, sebagai faktor-faktor yang merubah proporsi tersebut.

Pusat Studi AS juga menyatakan bahwa tak mungkin Amerika Serikat akan mencapai tujuan yang diuraikan dalam Makalah Strategi Pertahanan Nasional. Dokumen tersebut adalah arahan yang dikeluarkan oleh Pentagon di tahun 2018, yang bertujuan memulihkan keunggulan kompetitif AS terhadap saingan seperti China dan Rusia.